POTRET MADURA DALAM KARIKATUR JAWA


bila musim labuh hujan tak turun kubasuhi
kau dengan denyutku
bila dadamu kerontang
kubajak kau dengan tanduk logamku
di atas bukit garam
kunyalakan otakku
lantaran aku adalah sapi kerapan
yang menetas dari senyum dan airmatamu
aku lari mengejar ombak, aku terbang memeluk bulan
dan memetik bintang-gemintang
di ranting-ranting roh nenek moyangku
di ubun langit kuucapkan sumpah:- madura, akulah darahmu. (penggalan Puisi D.Zawawi Imron; penyair Madura)

Siapa tak kenal Madura. Berbagai persepsi positif negatif sering dilontarkan oleh orang dari luar Pulau Madura. salah persepsi positif karena Madura memiliki keunggulan budaya yang tidak dimiliki oleh etnik lainnya, dan bahkan fenomena alam yang cukup memukau serta kekayaan alam yang melimpah. akan tetapi disisi lain, persepsi Negatif juga tumbuh dalam masyarakat Madura, karena meiliki karakter “keras”, meski secara hakikatnya dipahami sebagai karakter “tegas”. masyarrakat Madura juga dikesankan memiliki skill yang terbatas, pengetahuan yang sempit, kotor, kasar, Carok, premanis di kota-kota besar, dan selalu tampak menduduki usaha kelas ekonomi rendah, sehingga persepsi ini menjadi “bumerang” orang-orang Madura, meski dalam pemahaman keliru.

letak geografis Madura yang tidak jauh dari surabaya: kota terbesar no 2 di Indonesia, merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagi masyarakat madura. ditambah lagi membentangnya jembatan suramadu yang menghubungkan surabaya dan bangkalan membawa dampak yang sangat signifikan dalam pembangunan madura kedepannya.

berbagai persepsi yang mengatakan "perilaku orang madura keras" mulai di pertanyakan. tak lain dan tak bukan karena mereka mulai memahami tindakan "keras" yang selama ini mereka pikirkan tak sesuai dengan fakta. yang nyatanya "keras" disini mempunyai sebuah filosofi bahwa orang madura mempunyai karakter yang tegas, dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar dalam segala hal. walaupun demikian, masih ada orang pedalaman yang tidak mau berinteraksi dengan orang Madura. Kalaupun ada kemauan untuk itu, mereka paling tidak harus berpikir seribu kali sebelumnya. Namun, bagi orang luar yang pernah berinteraksi serta mengalami sendiri hidup dan tinggal bersama orang Madura, baik di pulau Madura maupun di luar pulau, ternyata memiliki persepsi berbeda. Pada umumnya mereka mengakui bahwa pada dasarnya orang Madura memang “keras”, namun sebagaimana orang-orang dari etnik lain, orang Madura juga memiliki perangai, sikap dan perilaku sopan, santun, menghargai dan menghormati orang. Bahkan kualitas rasa persaudaraannya sangat tinggi.


Pajjar laggu arena pon nyonara, (pajar pagi akan segera bersinar)
Bapa’ tani  se tedhung pon jaga`a, (bapak tani yang tidur akan bangun)
Ngala` are’  tor landhu` tor capengnga,  (mengambil celurit, cangkul dan sakunya)
Ajalannagi sarat kawajiban,  (menjalankan kewajiban)
Atatamen ma banya’  hasel bumina,  (bercocok tanam, memperbanyak hasil buminya)
Ma ma’mor nagara  tor bangsana (memberi kemakmuran terhadap negara dan bangsa)

Dalam lagu tersebut tergambarkan bagaimna konsepsi masyarakat  terhadap pentingnya rasa tanggung jawab yang besar. baik pada tuhan, manusia, lingkungan dan negara. jadi, kalau mereka memahami orang madura hanya sepintas saja, tak ayal bila mereka mengatakan "orang madura itu keras". dan hanya orang-orang 'ketinggalan' yang mengatakan seperti itu. 

Komentar