Surat untuk Bunda I
by: Hamid El-Kaelan
bunda...
ketika keluh kesah resahku tertulis dalam memorandum do'a-doamu
seakan terpatri aroma surgawi dalam jiwaku
ketika setiap "dawuh"mu selalu menghiasi gendang telinga
seakan hati ini tentram walau ditengah keabsahan risauanku
bunda...
di bawah trotoar senja, aku menangis di tengah hamparan pasir yang tak kukenal,
di tengah-tengah kebisingan dan riuh para aktor dunia yg telah mengubah hidupku
dan semua terasa asing bagiku, bunda...
ah... aku tak tau, apakah keterasingan ini hanyalah aku yang merasakan?
bunda...
aku tau, setiap do'amu senantiasa kau lantunkan padaku
tapi, apalah daya dari anakmu ini yang terlalu angkuh dengan nafsunya
keras kepala dengan semua angannya, telah menjebaknya dalam sebuah keterasingan bunda...
di bawah trotoar senja
tetesan air mata anakmu ini bukanah peyesalan terhadap dosa
bukanlah bentuk jerit tangis melihat kerisauan dunia
bukanlah sendu ditengah keterasingannya
tapi, inilah rasa haru menikmati kesendirian jauh dari keluarga
menantang kebebasan, yang se-akan menggenggam impian dalam gepalan tangannya...
bunda...
apa yang engkau katakan benar-benar begitu nyata
setiap yang engkau hawatirkan telah tampak di depan mata
tapi, aku akan berusaha menepis semua itu dengan lantunan do'a-doamu yang tak pernah direkayasa
bunda...
dalam perantauan anakmu ini,
terlihat senja kelam menepi pada hamparan kelabu yang tenggelam pada air yang keruh
dan pada waktu itu, anakmu merasakan sayatan dan kepedihan
akan kerinduan setiap dawuhmu yang mengaliri sanubariku
dan tentang lakon-lakon yang rindu bimbinganmu
bunda...
biyarkanlah sajak ini berlayar ketepian do'a-do'amu
mengaharapkan semua bait-bait ini terkabulkan oleh tuhan
by: Hamid El-Kaelan
bunda...
ketika keluh kesah resahku tertulis dalam memorandum do'a-doamu
seakan terpatri aroma surgawi dalam jiwaku
ketika setiap "dawuh"mu selalu menghiasi gendang telinga
seakan hati ini tentram walau ditengah keabsahan risauanku
bunda...
di bawah trotoar senja, aku menangis di tengah hamparan pasir yang tak kukenal,
di tengah-tengah kebisingan dan riuh para aktor dunia yg telah mengubah hidupku
dan semua terasa asing bagiku, bunda...
ah... aku tak tau, apakah keterasingan ini hanyalah aku yang merasakan?
bunda...
aku tau, setiap do'amu senantiasa kau lantunkan padaku
tapi, apalah daya dari anakmu ini yang terlalu angkuh dengan nafsunya
keras kepala dengan semua angannya, telah menjebaknya dalam sebuah keterasingan bunda...
di bawah trotoar senja
tetesan air mata anakmu ini bukanah peyesalan terhadap dosa
bukanlah bentuk jerit tangis melihat kerisauan dunia
bukanlah sendu ditengah keterasingannya
tapi, inilah rasa haru menikmati kesendirian jauh dari keluarga
menantang kebebasan, yang se-akan menggenggam impian dalam gepalan tangannya...
bunda...
apa yang engkau katakan benar-benar begitu nyata
setiap yang engkau hawatirkan telah tampak di depan mata
tapi, aku akan berusaha menepis semua itu dengan lantunan do'a-doamu yang tak pernah direkayasa
bunda...
dalam perantauan anakmu ini,
terlihat senja kelam menepi pada hamparan kelabu yang tenggelam pada air yang keruh
dan pada waktu itu, anakmu merasakan sayatan dan kepedihan
akan kerinduan setiap dawuhmu yang mengaliri sanubariku
dan tentang lakon-lakon yang rindu bimbinganmu
bunda...
biyarkanlah sajak ini berlayar ketepian do'a-do'amu
mengaharapkan semua bait-bait ini terkabulkan oleh tuhan
Komentar
Posting Komentar