OSPEK: Pendidikan atau Bullying?



Orientasi Studi Pengenalan Kampus atau yang biasa dikenal dengan OSPEK merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan lingkungan kampus kepada mahasiswa baru. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun ajaran baru. Nama ospek sendiri kalau dijabarkan sesuai dengan KBBI adalah sebagai berikut: ori·en·ta·si /oriĆ©ntasi/ n 1 peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar; 2 pandangan yg mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan; pe·nge·nal·an n proses, cara, perbuatan mengenal atau mengenali. kam·pus n daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung. OSPEK sendiri merupakan nama yang paling universal, banyak perguruan tinggi yang menggunakan istilah-istilah lain yang berbeda, seperti halnya: Orientasi study & cinta Almamater (OSCAR), Orientasi Pendidikan Kampus (ORDIK), Pekan Orientasi Kampus (POK), dan sejenisnya yang esensinya sama untuk memperkenalkan kampus.
Ilustrasi
Sejauh ini, budaya “perpoloncoan” sudah menjadi budaya yang dilakukan diberbagai kampus, baik itu perguan tinggi negeri maupun swasta. Pada kegiatan Ospek seringkali terjadi istilah ''Perpoloncoan'' atau tindak men-downkan mental dalam Ospek. Banyak Panitia dan Pihak kampus mengklaim dalam ospek tidak ada istilah ''Perpeloncoan''. Tapi pada dasarnya Ospek itu tidak bisa lepas dari istilah ''Bentak membentak”. Kegiatan Ospek yang diisi dengan ''bentak-membentak'' sesungguhnya terlepas dari unsur Edukatif (mendidik) dan religius. Disamping itu, ''bentak-membentak'' merupakan kegiatan yang tidak kreatif alias basi. Loh, kenapa? Jawabannya sederhana saja, setiap tahunnya kegiatan Ospek ini tidak lepas dari yang namanya ''marah, dan membentak''. Dalam hal ini yang perlu disoroti adalah pola pikir dan kreativitas sang panitia. Pasalnya saat terjadi aksi marah dan membentak tersebut terlihat sebuah ''kebohongan''. Bayangkan saja tidak ada angin, tidak ada ribut, tiba-tiba dimarahi dan dibentak, nah loh ini kan ''tidak kreatif'', dan terlihat ''mengada-ngada''. Sehingga dalam konteks ini nilai religiusnya dan sportifnya juga hilang. Yang perlu digaris bawahi adalah Ospek merupakan orientasi untuk memperkenalkan kampus dan membangun perubahan pemikiran para cama dan cami dari masa non-aktif  menjadi pemikir yang aktif. Terkadang, orientasi-orientasi yang dilakukan lepas dari unsur yang telah disebutkan diatas. Bahkan, Ospek seringkali digunakan sebagai ajang balas dendam. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh pihak kampus dan panitia. Pasalnya Ospek harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, misalnya kegiatan Ospek yang isinya bentak membentak diganti dengan pembangunan karakter, penambahan wawasan, mengasah kreativitas dan kemampuan bakat mahasiswa baru yang pada akhirnya manfaat Ospek tersebut dapat dirasakan oleh kedua belah pihak, baik itu pihak panitia maupun mahasiswa baru.

Potret OSPEK di Kampus No 1 di Negara ini
Universitas Gajah Mada (UGM), merupakan perguruan tinggi nomor satu di negeri ini setelah dinobatkan sebagai kampus terbaik versi webometric. Sebagai kampus yang menjadi kiblat pendidikan dan rujukan dari berbagai ilmu pastinya kampus sekaliber UGM tidak mau memberikan contoh yang negatif pada kampus-kampus lain. Salah satunya adalah dengan OSPEK. Kegiatan ospek di Universitas yang menduduki peringkat 440 dunia ini mealui tiga tahap. Pertama, tingkat universitas yang biasanya mahasiswa baru hanya di minta untuk buat cocard dan tanda pengenal lainnya. Setelah itu, para cama dan cami mulai diperkenalkan pada kampus, lingkungan dan berbagai sarana yang dimiliki kampus. Selain itu, dalam ospek universitas yang biasa dikenal dengan P4T itu diadakan seminar dan sharing agar para cama-cami tidak jenuh dalam mengikuti orientasi tersebut. Kedua, ospek tingkat fakultas. Orientasi tahap ke-dua ini seringkali dikenal dengan orientasi paling “berat”. Karena, semua cama dan cami mulai akan disibukkan dengan beberapa tugas ilmiah yang diberikan oleh kaka’ panitia. Selain juga dibumbui dengan beberapa permainan, pada orientasi season kedua ini memang mempunyai subtansi khusus dalam pencarian bakat dan minat para calon mahasiswa-mahasiswi UGM. Mereka aka dituntut untuk ber-kreasi sesuai dengan hobinya masing-masing. Ketiga, ospek tingkat prodi, memasuki orientasi edisi terakhir para mahasiswa-mahasiswi mulai diperkenalkan dengan struktural keprodian yang telah mereka pilih. Seperti halnya pengenalan nama dosen sekaligus pemegang materinya, krs-an dan lain sebagainya. Dari ketiga tahap orientasi tersebut. Universitas yang akhir-akhir ini telah mengharumkan nama kampus bahkan negara ini berkat prestasi mahasiswanya dalam merancang robot tidak mengenal bentak-membentak. Semua orientasi yang dilakukan murni untuk mendidik mahasiswa dengan cara pendidikan karakter dan pendidikan melalui pedekatan emosional.
Universitas Indonesia (UI), mendengarkan nama UI saya yakin para pembaca sudah pada tau semuanya. Ya, satu-satunya kampus yang menggunakan nama negara ini. Kampus yang berada di depok, jawa barat ini merupakan salah satu kampus terbaik ketiga di negera ini setelah Institut Tekhnologi Bandung (ITB) yang berada di posisi kedua dan UGM yang menjadi kampus terbaik nomor satu. Seperti halnya di perguruan tinggi yang lain. Setiap tahun ajaran baru UI juga mengadakan orientasi kampus yang biasa dikenal dengan Orientasi Kehidupan Kampus(OKK). Orientasi di universitas yang beberapa tahun silam ini memindahkan pohon terbesar di Indonesia kelingkungan kampus sangatlah membuat para cama dan cami senang, enjoi dan enggan untuk tidak hadir didalamnya. Sebab, jauh dari kekerasan fisik maupun mental. Ya, agenda dalam OKK biasanya adalah talk show, nonton film secara bersama-sama, seminar dan kegiatan-kegiatan sangat mendidik lainnya. Yang nantinya dapat berguna dan berdampak baik pada calon mahasiswa baru dan kampus.
OSPEK: Jerman vs Indonesia
Melihat tradisi ospek yang ada di jerman nampak sedikit berbeda di bandingkan dengan PT Indonesia dari segi konteks memang serupa yakni untuk pengenalan lingkungan kampus, mulai dari informasi akademis, fasilitas kampus, sehingga dosen-dosen pengajar.

Proses orientasi yang ada di jerman patinyalah berbeda dibandingkan denga yang ada di Indonesia. Salah satunya, orientasi di jerman tak menghabiskan waktu begitu lama. Di hochschule Harz contohnya, mulai dari tingkat diploma, sarjana maupun pasca sarjana, pengenalan para cama dan cami efektifnya hanya berlangsung selama kurang lebih 2-3 hari. Rincian kegiatannya juga kurang lebih serupa, mahasiswa baru diterima lansung oleh petinggi PT setara Rektor, pembantu rektor bidang akademik maupun fakultas. Para cama dan cami mendapatkan pengarahan akademis secara umum di universitas (PT), fakultas dan jurusan. Lalu dilanjutkan dengan tour de campus untuk mengenalkan fasilitas kampus itu sendiri. Selebihnya para cama-cami mengadakan acara kumpul-kumpul bersama seperti barbeque party di taman kampus atau welcoming party di sebuah klub. Dengan rancangan waktu yang sangat padat tersebut, menjadikan waktu lebih efektif dan efisien baik itu bagi kampus maupun bagi cama dan cami sendiri. Dalam serangkaian acara orientasi tersebut tak ada satupun kegiatan bantai membantai, bentak membentak antara senior terhadap junior.

Terdapat perbedaan menonjol yang terlihat diantara mahasiswa Jerman dan mahasiswa di Indonesia. Nilai-nilai kekeluargaan diantara mahasiswa PT yang ada di Indonesia sangatlah melekat dibandingkan dengan nilai dan rasa individualis yang dimiliki oleh para mahasiswa Jerman. Namun, bila tujuannya hanya sekedar solidaritasdan keakraban antar mahasiswa, apakah harus melalui ‘proses’ bentak-membentak selama beberaa hari? Apakah tidak ada cara lain untuk memotivasi para cama-cami tapa harus mengalami tekanan mental terlebih dahulu, sampai-sampai banyak insiden yang banyak menelan korban? Atau memang sudah karakter senior kita yang terbiasa mengalami penekanan dari zaman penjajahan, setelah itu baru merasakan dampaknya? Bisa jadi pertanyaan ini penting dikaji bagi instansi pendidikan dan para mahasiswa di tanah air ini. Tradisi budaya boleh berbeda. Namun, tak ada salahnya kalau kita mengambil hal positif dari yang bersebrangan.

Dua Sisi
Mari kita analisis dua sisi berbeda dari ospek itu sendiri. Jangan hanya melihat sisi negatifnya saja. Dan jangan hanya mencela tanpa berusaha memahami, karena di balik aktivitas yang unik ini pasti ada motif baik yang bisa kita temukan. Tidak mungkin “perploncoan” bisa menjadi budaya, bila bukan karena kemanfaatan positif yang bisa dihasilkan darinya.

Rutinitas seperti ini (ospek) akan sangat penting peranannya untuk mahasiswa baru yang berada pada masa transisi dari siswa yang biasa pasif menjadi mahasiswa yang harus aktif. Kondisi saat SMA dan perkuliahan sangat berbeda. Watak, karakter maupun kebiasaan manusia pastilah berbeda-beda, sedangkan mahasiswa memiliki peranan sebagai Agent of Change, Moral Force dan Social Control. Artinya, kegiatan pengenalan kampus diharapkan menjadi sebuah wadah awal agar mahasiswa baru dapat menuju ke suatu perubahan yang arahnya lebih baik. Jadi jangan hanya memaknai ospek dari segi istilah, tetapi lebih ke arah makna tersirat.

Kesimpulannya, ospek bukan semata – mata ajang balas dendam dari senior kepada juniornya. Namun memang banyak sisi positif yang bermanfaat bagi para mahasiswa baru. Semua itu tinggal bagaimana cara pandang kita terhadap suatu masalah. Dan alangkah baiknya kalau kita selalu menggunakan tool positif thinking (berpikir positif) dalam cara pandang kita, khususnya untuk masalah OSPEK yang selalu menjadi kontroversi dari tahun ke tahun, dan juga untuk masalah kontroversial lainnya. Berkaitan dengan kampus kita. Saya yakin kalian sudah pati tau bagaimana potret orientasi di kampus ini.?! Wallahu A’lamu.(Hamid.Red)

Komentar

  1. saya pernah mengusulkan akan tidak adanya sebuah bullying pada ospek di jurusan saya karena tidak ada output dan input yang jelas, tapi sayangnya sebuah bullying telah mendarah daging di Indonesia sehingga sebagia panitia penyelangara beranggapan ospek dan bullying harus selalu ada, fakta lain yang sangat mengecewakan para senior dan alumni juga sangat mendukung adanya bullying di sebuah ospek.. saya rasa ini tidak masuk akal

    BalasHapus

Posting Komentar